Senin, 16 Februari 2015

yuuk.. berbahasa

ZAMAN sekarang ini, kemampuan berbahasa sudah menjadi kebutuhan utama. Apalagi bagi sekolah-sekolah yang bertarap internasional. Orang-orang asing sudah banyak berdatangan ke negara kita. Baik itu dari India, Arab, Amerika dan lainnya. Jadi, mau tidak mau, mempelajari bahasa asing sudah barang tentu menjadi suatu hal yang mesti dilakukan.
Di sekolah, selama bertahun-tahun mempelajari bahasa asing khususnya bahasa Inggris, namun tetap saja kesulitan ketika mempraktekkannya. Terutama dalam segi berkomunikasi. Mungkin, ini juga penyebab dari ketidakseriusan dalam memelajari bahasa. Karena kebanyakan orang beranggapan bahwa mempelajari bahasa itu cukup sulit.
Namun, tidak demikian dengan Ali Basya. Panglima perang Diponegoro ini memiliki langkah-langkah khusus cara mudah berkomunikasi dalam berbagai bahasa. Baik itu bahasa Arab, Inggris, Cina, India, dan lain-lain. Berikut langkah-langkahnya:
1. Banyak berlatih
Jika ingin berkomunikasi menggunakan bahasa asing, maka kita harus banyak berlatih. Dengan begitu akan terlatih dan terbiasa dengan bahasa yang ingin dikuasai. Secara tidak langsung kata demi kata, kalimat demi kalimat akan mudah terekam dalam benak kita. Sehingga, kita sudah tidak bingung lagi dengan bahasa, karena sudah mengetahui lafal dan maknanya.
2. Berani mengungkapkan perasaan atau ide kepada orang lain
Tumbuhkan keberanian untuk mencoba mengungkapkan sesuatu dengan menggunakan bahasa yang sedang dipelajari, merupakan hal yang mempermudah kita dalam berkomunikasi dengan bahasa asing. Jangan takut bahwa yang dikatakan itu salah. Yang penting kita sudah berani untuk mencoba.
Misalnya, ketika kita bertemu dengan orang asing, maka tumbuhkanlah rasa keberanian Anda untuk sekedar menyapa atau berkomunikasi lebih lanjut dengannya. Jangan pikirkan peraturan dalam berbahasa, yang penting kita sudah mengetahui ketika akan mengungkapkan A berarti bahasanya B. Misal, pagi, berarti morning.
Memang banyak materi yang menjelaskan bagaimana cara berkomunikasi yang baik dan benar dalam penggunaan bahasa. Namun, berhubung Anda masih belajar, maka jangan ragu dengan pengetahuan yang Anda miliki. Yang penting Anda sudah berani mengungkapkan atau mempraktekannya. Masalah benar atau salah, akan Anda ketahui ketika Anda sudah mulai menyadarinya. Dengan begitu, ketika Anda mencobanya kembali, Anda akan memperbaiki perkataan Anda

Minggu, 02 November 2014

SAAT SUJUD, SEORANG IMAM MASJID MENDENGAR SERUAN PUTRANYA

Kisah nyata ini diceritakan sendiri oleh pelakunya, dan pernah disiarkan oleh Radio al-Qur`an di Makkah al-Mukarramah.
Kisah ini terjadi pada musim haji dua tahun yang lalu di daerah Syu’aibah, yaitu daerah pesisir pantai laut merah, terletak 110 Km di Selatan Jeddah.
Pemilik kisah ini berkata:
Ayahku adalah seorang imam masjid, namun demikian aku tidak shalat. Beliau selalu memerintah aku untuk shalat setiap kali datang waktu shalat. Beliau membangunkanku untuk shalat subuh. Akan tetapi aku berpura-pura seakan-akan pergi ke masjid padahal tidak. Bahkan aku hanya mencukupkan diri dengan berputar-putar naik mobil hingga jama'ah selesai menunaikan shalat. Keadaan yang demikian terus berlangsung hingga aku berumur 21 tahun. Pada seluruh waktuku yang telah lewat tersebut aku jauh dari Allah Ta'ala, dan banyak bermaksiat kepada-Nya. Tetapi, meskipun aku meninggalkan shalat, aku tetap berbakti kepada kedua orang tuaku.

Inilah sekelumit dari kisah hidupku di masa lalu.
Pada suatu hari, kami sekelompok pemuda bersepakat untuk pergi rekreasi ke laut. Kami berjumlah lima orang pemuda. Kami sampai di pagi hari, lalu kami membuat tenda di tepi pantai. Seperti biasanya kamipun menyembelih kambing dan makan siang.

Setelah makan siang, kamipun mempersiapkan diri turun ke laut untuk menyelam dengan tabung oksigen.
Sesuai aturan, wajib ada satu orang yang tetap tinggal di luar, di sisi kemah, hingga dia bisa bertindak pada saat para penyelam itu terlambat datang pada waktu yang telah ditentukan.

Akupun duduk, dikarenakan aku lemah dalam penyelaman. Aku duduk seorang diri di dalam kemah, sementara di samping kami juga terdapat sekelompok pemuda yang lain. Saat datang waktu shalat, salah seorang di antara mereka mengumandangkan adzan, kemudian mereka mulai menyiapkan shalat. Akupun terpaksa masuk ke dalam laut untuk berenang agar terhindar dari kesulitan yang akan menimpaku jika aku tidak shalat bersama mereka. Karena kebiasaan kaum muslimin di sini adalah sangat menaruh perhatian terhadap shalat berjama'ah dengan perhatian yang sangat besar, hingga menjadi aib bagi kami jika seseorang shalat fardhu sendirian.
Aku sangat mahir dalam berenang. Aku berenang hingga merasa kelelahan sementara aku berada di daerah yang dalam. Aku memutuskan untuk tidur di atas punggungku dan membiarkan tubuhku hingga bisa mengapung di atas air. Dan itulah yang terjadi. Secara tiba-tiba, seakan-akan ada orang yang menarikku kebawah… aku berusaha untuk naik… aku berusaha untuk melawan… aku berusaha dengan seluruh cara yang kuketahui, akan tetapi aku merasa orang yang tadi menarikku dari bawah menuju ke kedalaman laut seakan-akan sekarang berada diatasku dan menenggelamkan kepalaku ke bawah.
Aku berada dalam keadaan yang ditakuti oleh semua orang. Aku seorang diri, pada saat itu aku merasa lebih lemah daripada lalat. Nafaspun mulai tersendat, darah mulai tersumbat di kepala, aku mulai merasakan kematian!!
Tiba-tiba, aku tidak tahu mengapa.. aku ingat kepada ayahku, saudara-saudaraku, kerabat-kerabat dan teman-temanku… hingga karyawan di toko pun aku mengingatnya. Setiap orang yang pernah lewat dalam kehidupanku terlintas dalam ingatanku… semuanya pada detik-detik yang terbatas.. kemudian setelah itu, aku ingat diriku sendiri..!!!

Mulailah aku bertanya kepada diriku sendiri… apa engkau shalat? Tidak. Apa engkau puasa? Tidak. Apa engkau telah berhaji? Tidak. Apa engkau bershadaqah? Tidak.
Engkau sekarang di jalan menuju Rabb-mu, engkau akan terbebas dan berpisah dari kehidupan dunia, berpisah dari teman-temanmu, maka bagaimana kamu akan mengadap Rabb-mu?

Tiba-tiba aku mendengar suara ayahku memanggilku dengan namaku dan berkata: "Bangun dan shalatlah." Suara itupun terdengar di telingaku tiga kali. Kemudian terdengarlah suara beliau adzan. Aku merasa dia dekat dan akan menyelamatkanku. Hal ini menjadikanku berteriak menyerunya dengan memanggil namanya, sementara air masuk ke dalam mulutku.
Aku berteriak… berteriak… tapi tidak ada yang menjawab.
Aku merasakan asinnya air di dalam tubuhku, mulailah nafas terputus-putus.
Aku yakin akan mati, aku berusaha untuk mengucapkan syahadat… kuucapkan Asyhadu… Asyhadau… aku tidak mampu untuk menyempurnakannya, seakan-akan ada tangan yang memegang tenggorokanku dan menghalangiku dari mengucapkannya. Aku merasa bahwa nyawaku sudah dalam perjalanan keluar dari tubuhku.

Akupun berhenti bergerak… inilah akhir dari ingatanku.
Aku terbangun sementara aku berada di dalam kemah… dan di sisiku ada seorang tentara dari Khafar al-Sawakhil (Penjaga Garis Batas Laut), dan bersamanya para pemuda yang tadi mempersiapkan diri untuk shalat.

Saat aku terbangun, tentara tersebut berkata: "Segala puji bagi Allah, atas keselamatan ini." Kemudian dia langsung beranjak pergi dari tempat kami.
Akupun bertanya kepada para pemuda tentang tentara tersebut. Apakah kalian mengenalnya? Mereka tidak mengetahuinya, dia datang secara tiba-tiba ke tepi pantai dan mengeluarkanmu dari laut, kemudian segera pergi sebagaimana engkau lihat, kata mereka.

Akupun bertanya kepada mereka: "Bagaimana kalian melihatku di air?" mereka menjawab: "Sementara kami di tepi pantai, kami tidak melihatmu di laut, dan kami tidak merasakan kehadiranmu, kami tidak merasakannya hingga saat tentara tersebut hadir dan mengeluarkanmu dari laut."
Perlu diketahui bahwa jarak terdekat dengan Markas Penjaga Garis Laut adalah sekitar 20 Km dari kemah kami, sementara jalannya-pun jalan darat, yaitu membutuhkan sekitar 20 menit hingga sampai di tempat kami sementara peristiwa tenggelam tadi berlangsuang dalam beberapa menit.
Para pemuda yang di sisi kamipun bersumpah bahwa mereka tidak melihatku.
Maka bagaimana tentara tersebut melihatku? Demi Rabb yang telah menciptakanku, hingga hari ini aku tidak tahu bagaimana dia bisa sampai kepadaku!!
Seluruh peristiwa ini terjadi saat teman-temanku berada dalam penyelaman di laut.
Ketika aku bersama para pemuda yang menengokku di dalam kemah, HP-ku berdering. Segera HP kuangkat, ternyata ayah yang menelepon. Akupun merasa bingung, karena sesaat sebelumnya aku mendengar suaranya ketika aku di kedalaman, dan sekarang dia menelepon?!

Aku menjawab… beliau menanyai keadaanku, apakah aku dalam keadaan baik?! Beliau mengulang-ulangnya, berkali-kali.
Tentu saja aku tidak mengabarkan kepada beliau, supaya tidak cemas.
Setelah pembicaraan selesai aku merasa sangat ingin shalat. Maka aku berdiri dan shalat dua rakaat, yang selama hidupku belum pernah aku lakukan. Dua rakaat itu aku habiskan selama dua jam.

Dua rakaat yang kulakukan dari hati yang jujur, dan banyak menangis di dalamnya.
Aku menunggu kawan-kawanku hingga mereka kembali dari petualangan. Aku meminta izin pulang duluan. Akupun sampai di rumah, dan ayahku ada di sana. Pertama kali aku membuka pintu, beliau sudah ada di hadapanku dan berkata: "Kemari, aku merindukanmu!"

Akupun mengikutinya. Kemudian beliau bersumpah terhadapku dengan nama Allah agar aku mengatakan kepada beliau tentang apa yang telah terjadi padaku di waktu Ashar tadi. Akupun terkejut, bingung, gemetar dan tidak mampu berkata-kata.
Aku merasa beliau sudah tahu.
Beliau mengulangi pertanyaannya dua kali.
Akhirnya aku menceritakan apa yang terjadi padaku.
Kemudian beliau berkata: "Demi Allah, sesungguhnya aku tadi mendengarmu memanggilku, sementara aku dalam keadaan sujud kedua pada akhir shalat Ashar, seakan-akan engkau berada dalam sebuah musibah.

Engkau memanggil-manggilku dengan teriakan yang menyayat-nyayat hatiku. Aku mendengar suaramu dan aku tidak bisa menguasai diriku hingga aku berdo'a untukmu dengan sekeras-kerasnya sementara manusia mendengar do'aku.
Tiba-tiba, aku merasa seakan-akan ada seseorang yang menuangkan air dingin di atasku.

Setelah shalat, aku segera keluar dari masjid dan menghubungimu. Segala puji bagi Allah, aku merasa tenang begitu mendengar suaramu.
Akan tetapi wahai anakku, engkau teledor terhadap shalat. Engkau menyangka bahwa dunia akan kekal bagimu, dan engkau tidak mengetahui bahwa Rabbmu berkuasa merubah keadaanmu dalam beberapa detik. Ini adalah sebagian dari kekuasaan Allah yang Dia perbuat terhadapmu.

Akan tetapi Rabbku telah menetapkan umur baru bagimu.
Saat itulah aku tahu bahwa yang menyelamatkanku dari peristiwa tersebut adalah karena rahmat Allah Ta'ala kemudian karena do’a ayah untukku.
Ini adalah sentuhan lembut dari sentuhan-sentuhan kematian. Allah ingin memperlihatkan kepada kita bahwa betapapun kuat dan perkasanya manusia akan menjadi makhluk yang paling lemah di hadapan keperkasaan dan keagungan Allah Ta'ala.

Maka semenjak hari itu, shalat tidak pernah luput dari pikiranku. Alhamdulillah.
Wahai para pemuda, wajib atas kalian taat kepada Allah Ta'ala dan berbakti kepada kedua orang tua.

Ya Allah, ampunilah kami dan kedua orang tua kami, terimalah taubat kami dan taubat mereka, dan rahmatilah mereka dengan rahmat-Mu.

Majalah Qiblati

Minggu, 26 Oktober 2014

Orang yang rutin berolahraga cenderung lebih baik dalam menghasilkan pemikiran kreatif. [Para peneliti asal Belanda]
by fakta google

Kamis, 23 Mei 2013

Illahi Robbi


Ya Illahi Robbi...
Izinkanlah jika tiba saatnya aku jatuh cinta, sandingkanlah aku dengan seorang yang menutupi kekurangan ku.
Agar hatiku tidak hampa dalam mengingat-Mu...

Ya Illahi Robbi...
Jika tiba saatnya aku jatuh cinta, maka jadikanlah kekagumanku akan kecantikannya membuatku semakin mengagumi akan ke-Esaan-Mu...

Ya Illahi Robbi...
Jika tiba saatnya aku jatuh cinta, izinka aku dicintai seorang yang bisa menerima segala kekuranganku.
Agar kami bisa menerima setiap cobaan dari-Mu...

aamiin...